Saat ini, banyak petani kita sudah mempraktekkan sistem tanam tumpang sari di dalam lahan pertaniannya. Prinsip utama tanaman tumpang sari adalah memadukan dua jenis tanaman untuk menjadi tanaman induk dan tanaman tumpang (numpang). Konon, rotasi dua jenis tanaman dalam sistem tumpang sari mampu mengoptimalkan pengolahan lahan dan bahkan mampu meningkatkan produksi.
Tumpang sari erat dengan prinsip manajemen saling tumpang dan saling mendukung. Dua jenis tanaman itu saling melengkapi dan mendukung siklus pertumbuhan satu sama lain. Sistem tanaman tumpang sari merupakan perpaduan antara tanaman “tumpang” berarti pendamping, dan “sari” berarti utama. Kedua tanaman itu saling mendukung atau simbiosis mutualistis.
Prinsip dasar pola tanam tumpang sari adalah saling mendukung dan saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu pola tanam tumpang perlu memperhatikan siklus hidup dan pertumbuhan tanaman yang menjadi “tumpang “ dan menjadi “sari”. Keduanya harus hidup berdampingan dan saling menguntungkan.
Sabagai contoh misalnya antara tanaman jagung dan kedelai. Jagung sebagai tumpang dan kedelai sebagai sari. Daun kedelai yang rontog akan menjadi humus dan menyuburkan jagung. Sebaliknya jagung menjadi sari untuk kedelai. Jagung menjadi pelindung dari hama.
Tentu ada banyak tanaman hortikultura yang saling hidup berdampingan dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya tanaman mentimun dengan cabai, atau katakan bawang merah dengan cabai. Ada banyak varietas tanaman yang hidup siklusnya saling mendukung. Tentu tidak semua tanaman dapat dijadikan tanaman tumpang sari.
Sistem tanam tumpang sari banyak dilakukan oleh para petani di Nusantara ini. Petani sudah mempraktekkan aplikasi tumpang sari terutama karena manfaat ganda yang ada. Dengan cara tumpang sari, petani memaksimalkan produksi panenan. Dalam satu fase masa tanam, dihasilkan 2 jenis komoditas yang bermanfaat. Dalam sistem pemeliharaan tanaman, tidak perlu ada pembedaan, kedua jenis tanaman ini siap menerima nutrisi yang diberikan oleh tanah yang sama. Sistem tumpangsari ini juga dapat meningkatkan kesuburan tanah karena adanya rotasi tanaman dalam satu waktu.
Sistem bercocok tanam dengan tumpang sari juga meminimalkan biaya produksi karena adanya 2 jenis tanaman di lahan yang sama.
Tentu saja ini akan membantu petani mengurangi biaya operasional untuk pembelian pupuk. Dengan menanam dua jenis tanaman hortikultura di lahan yang sama, tidak perlu adanya tenaga besar untuk perawatan, pemupukan, pengolahan lahan, karena semuanya dilakukan dalam waktu yang sama.
Agar sistem tumpang sari berhasil dengan baik, coba perhatikan kesesuaian lahan dengan tanaman, kondisi cuaca(iklim), siklus hidup tanaman, jarak tanam dan waktu tanam. Ini semua akan berpengaruh terhadap hasil panen. Dengan sistem tumpang sari, petani akan menghasilkan panen yang lebih besar dengan usaha yang minimal.-*** (Dari berbagai sumber).
Baca juga Kunci Keberhasilan Pertanian Adalah Memilih Pupuk yang Tepat
Ping-kembali: Pupuk Hayati Dinosaurus Sangat Ramah Lingkungan