Sebuah pertanyaan yang menggelitik hati kita. Mengapa industri pertanian Indonesia tidak semegah industri manufaktur atau industri jasa lainnya. Padahal Indonesia adalah negara agraris. Jadi seharusnya industri pertanian kita harus sudah maju. Coba kita lihat industri pertanian di negara sahabat seperti Thailand. Industri pertanian di negara Gajah Putih itu saat ini sudah sangat maju. Mengapa? Karena pemerintah turut serta secara langsung dalam upaya pengembangan industri pertaniannya. Para petani diberi kemudahan di dalam mengembangkan lahannya. Memang di Thailand masih ada sebagian kecil yang memakai pupuk kimia, namun pemerintah terus mendorong pemakaian pupuk yang sehat dan ramah lingkungan yakni pupuk organik.
Lalu, apa yang salah dari pengelolaan sektor pertanian selama ini? Menurut berbagai riset dan identifikasi permasalahan sektor pertanian telah ditemukan bahkan berdasarkan prioritas permasalahan dan bagaimana meyelesaikannya dengan pendekatan program dan kegiatan.
Namun tetap saja, pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian masih di bawah rata-rata negara-negara di ASEAN semisal Thailand atau mungkin Philipina. Secara geografis dan potensi komoditas dan sumber daya genetik Indonesia jauh lebih luas dan banyak dibandingkan negara lain.
Ada yang bilang karena manajemen atau pengelolaan sektor pertanian tidak pernah bersinergi dengan institusi terkait dan yang lain, ditambah tidak adanya kesinambungan/sinergi program dan kegiatan dari tahun ke tahun atau dari kabinet sebelumnya ke kabinet yang baru. Apakah pemerintah yang sekarang ini di bawah kepemimpinan presiden Jokowi yang kedua ini akan fokus pada bidang pertanian? Kita semua berharap bahwa pemerintah ada keberpihakan pada nasib petani dan industri pertanian.
Secara kelembagaan, industri pertanian kita masih kurang diminati, padahal potensinya luar biasa. Selain itu kebijakan pemerintah di bidang pupuk, harus dibenahi juga. Subsidi pupuk kepada para petani sudah tepat, tapi saat ini seharusnya tidak mengandalkan pupuk kimia.
Karena pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu lama bukan menambah hasil produksi, tapi justru sebaliknya karena tanah yang semakin rusak. Tapi hal ini tidak disadari oleh para petani. Petani tidak pernah diedukasi bagaimana bertani yang sehat, yang ramah lingkungan. Dalam benak petani pada umumnya, yang terpenting adalah produknya meningkat entah itu produk sehat atau tidak sehat, mereka tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut. Oleh karena para petani perlu dikomandoi melalui nasehat agar para petani mengubah mind-set-nya dalam cara bertani. Tanpa political will yang jelas dari pemerintah, para petani semakin tidak terkendali dalam cara bertani.
Dari sisi kelembagaan , bidang pertanian masih separuh hati, dan tidak sepenuhnya. Padahal jika ditangani secara maksimal, tidak menutup kemungkinan Indonesia dapat mengekspor produk pertanian yang selama ini selalu diimpor. Sayuran organik pasti sangat disukai karena merupakan produk sayuran yang sehat. Selama ini pertanian organik dilakukan oleh individual, dan pemerintah kurang campur tangan. Petani berharap agar pemerintah untuk segera turun tangan membenahi industri pertanian, agar Indonesia tidak tergantung dari impor yang semakin memberatkan devisa negara Indonesia. Katakanlah jagung, jagung sebagai makanan ternak khususnya ayam, yang selama ini diimpor dari luar negeri. Jika sekiranya pemerintah mendorong dalam kemandirian industri pertanian, hal tersebut akan menjadi luar biasa. Para petani berharap ini bukan sekadar mimpi belaka atau angan-angan saja, tapi suatu saat akan menjadi kenyataan. (JS)
Baca juga Bagaimanakah Mekanisma Pupuk Hayati?