Pertanian organik di Indonesia

Apakah Pertanian Organik itu Berkah?

Pertanian organik di Indonesia, bagiku ya, itu berkat.  Mengapa?

Kita tidak tutup mata bahwa sebagian besar masyarakat saat ini masih gandrung  dengan pupuk kimia, sementara untuk mengusir hama juga dengan pestisida kimiawi. Sebenarnya sebagian besar sawah ladang kita saat ini masih menjadi ajang percobaan  khususnya dengan pestisida kimia. Dengan kata lain,  apa yang kita hasilkan dari sawah ladang kita ini sebagian besar masih terkontaminasi dengan kimia. Bukan maksudnya kami anti pupuk kimia.

Namun kami percaya suatu saat masyarakat akan tersadarkan bahwa pemakaian pupuk anorganik (kimia) dan juga pestisida (kimia) yang berlebihan sangat memberikan dampak negatif terhadap  lahan sawah ladang kita dan juga kesehatan manusia.

Solusi yang terbaik adalah kembali kepada sistem pertanian sebagaimana leluhur kita lakukan. Mungkin banyak yang tidak tahu dengan sistem pertanian leluhur kita. Bagaimana pertanian leluhur kita?  Pertanian oleh leluhur kita adalah pertanian full organik. Leluhur kita belum mengenal pupuk kimia,  belum mengenal bakteri, tetapi secara naluri mereka sudah kerjakan secara organik. Salah satu pupuk andalan yang paling ampuh waktu itu adalah pupuk kandang atau pun pupuk hijau. Pupuk hijau ini terdiri dari dedaunan untuk dijadikan pupuk. Pupuk kandang dan pupuk hijau inilah yang menjadi kekuatan  sistem pertanian organik leluhur kita.

Kini, karena sebagian besar petani juga sadar akan dampak negatif dari pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan, maka saat ini ada suatu gerakan massal untuk kembali ke sistem pertanian organik di Indonesia. Di sejumlah daerah seperti di Subang, Jawa Barat, dan di Kulon Progo Jogyakarta,  saat ini telah digerakkan sentra-sentra organik  yang terus menggeliat. Ini adalah suatu bukti kesadaran masyarakat untuk kembali kepada sistem pertanian organik makin meningkat.

Namun tidak sedikit pula yang mencemooh sistem ini, dan malah dianggap biaya tinggi. Mengapa? Untuk modal  pupuk dasar yakni pupuk kandang dibutuhkan volume yang besar, sementara saat ini tidak semua warga masyarakat punya hewan piaraan  sebagai sumber pupuk kandang. Memang ada sejumlah daerah tertentu di mana masyarakat tidak lagi bersinggungan dengan hewan piaraan seperti sapi atau kerbau atau kambing, sementara daerah lain sangat akrab dengan hewan piaraan untuk menghasilkan pupuk kandang.

 Akibatnya apa?  Dengan demikian ada juga petani yang enggan untuk bertani organik karena boros tenaga. Menurut petani pecinta pupuk kimia, biaya dengan  pupuk kimia lebih murah dan tidak banyak buang energi. Para petani yang seperti ini asalah mereka tidak peduli dengan lingkungan dan kesehatan. Kita semua sepaham bahwa yang paling nomor satu bagi petani adalah produksinya meningkat.  Tapi kalau mungkin, selain meningkat tetapi ramah lingkungan dan sehat.

Kalau harus organik, mereka pun ingin melihat dahulu. Mereka butuh bukti. Oleh karena itu  berlakulah pepatah “seeing is believing” yang artinya karena “melihat’, mereka percaya”. Itulah yang terjadi saat ini.

Seperti halnya pupuk hayati Dinosaurus saat ini mengadakan sejumlah demplot entah di Jawa seperti Subang (Jawa Barat) atau pun di daerah Wates, Kulon Progo, saat ini sedang diuji coba dalam bentuk demplot. Dari hasil demplot  dengan memakai pupuk hayati Dinosaurus hampir semuanya meningkat dari 30-100%. Sifat pupuk hayati Dinosaurus adalah pembenah tanah, tetapi juga penyedia nutrisi bagi tanaman. Pupuk hayati Dinosaurus ini memiliki bakteri jamak dan bukan tunggal. Bahkan bakterinya berjumlah 10 jenis, dan ini tidak hanya berfungsi pembenah tanah yang kritis tetapi juga pemberi nutrisi (hara) mikro sampai mikro. 

Dan bahkan kalau  tanahnya gembur dan tanaman subur, maka tanaman itu akan dijauhi oleh hama.  Jadi dalam pupuk hayati Dinosaurus dilengkapi juga bakteri anti pathogen. Artinya hama tidak akan menghampiri tanaman itu, karena tanamannya subur dan batangnya kuat. Harganya pun sangat terjangkau. Katakan lahan tanah seluas 1000 m2, hanya cukup dibutuhkan 4 liter pupuk Dinosurus untuk 4 x penyemprotan. Sekali semprot hanya butuh satu liter dengan dicampur dengan 50 liter air.  Harganya pun hanya Rp. 66.000\liter, jadi sekali panen dibutuhkan biaya pupuk 4 x Rp.66.000, terus diberikan pupuk dasar yakni pupuk kandang yang biasanya tidak beli. Siramkan ke dalam tanahnya, kalo tanaman tersemprot, tidak jadi masalah, karena pupuk Dino bukan pupuk kimia. 

Kami tidak menyarankan pemakaian pestisida. Kalau memang tidak ada hama, ya jangan main semprot dengan pestisida.  Karena pestisida itu sejatinya racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia.  Dengan pemakaian pupuk hayati seperti Dinosaurus, tanah itu makin hari makin baik  kondisinya, bukan seperti pupuk kimia yang lama kelamaan menjadi keras.  Oleh karena itu saya sangat menganjurkan untuk mengembangkan pertanian organik di Indonesia.  Selain ramah lingkungan, dan juga baik untuk kesehatan manusia.  Kalau tanah makin subur, tentu saja ini berkat untuk kita semua. Selamat mencoba. Jika butuh informasi lebih lanjut  tentang pupuk hayati Dinosaurus, wa ke saya  08161357263. Salam dino.-***

Baca juga Memadukan pertanian leluhur dan kemajuan bioteknologi!

1 komentar untuk “Apakah Pertanian Organik itu Berkah?”

  1. Ping-kembali: Pemakaian pupuk hayati sebagai peluang meningkatkan produksi pangan – Pupuk Hayati Dinosaurus

Komentar ditutup.

Chinese (Simplified)EnglishIndonesian
×