Bagaimana Kita Merawat Bumi?

Apakah kita harus merawat bumi tempat kita hidup di dunia? Tentu saja kita harus menjaganya. Sebab kalau tidak, maka bumi ini akan cepat rusak atau hancur. Oleh karena itu kita harus peduli dengan karunia Tuhan dalam bentuk bumi atau tanah di mana kita hidup di dunia ini. Kita membayangkan sekiranya bumi ini hancur dan rusak. Maka kita akan kehilangan sumber penghidupan kita khususnya hasil pertanian/perkebunan. Sympton-sympton kerusakan itu nyata ketika bumi atau tanah yang kita tempati mulai menipis produksinya, bahkan di sejumlah lokasi tanah itu telah gagal memproduksi hasil panenan.

Bagaimana kita harus menjaganya seperti saat bumi ini diciptakan? Perawatan bumi/tanah itu setidak-tidak nya dengan mengurangi pupuk anorganik. Bukan berarti pupuk buatan ini salah, tidak. Tapi pemakaian yang berlebih akan sangat merugikan kondisi tanah. Mungkin mikro-organisme yang ada di dalam tanah mati. Padahal mikroba itu dibutuhkan dengan fungsi utamanya adalah untuk membenahi tanah yang rusak. Kalau tanah itu sudah kehilangan unsur haranya, maka tanah itu sulit memproduksi panenan dari tanaman yang kita tanam.

Ada solusi yang dapat kita berikan. Apa itu? Saat ini telah tersedia pupuk hayati mikroba Dinosaurus yang saat ini tersedia di pasaran bahkan di toko-toko online. Artinya pupuk mudah didapatkan dengan cepat dan dengan harga yang terjangkau oleh end-users. Pupuk hayati terutama untuk membenahi tanah yang kurang produktif menjadi produktif bahkan lebih meningkat lagi.

Pupuk hayati Dinosaurus sudah mengantongi izin edar dari Departemen Pertanian. Hal ini juga membuktikan bahwa pupuk hayati sebagai pembenah tanah sudah tersedia dan bukan produk abal-abal. Secara ukuran mutu, sudah dijamin, karena sebelum mendapatkan izin edar dari Deptan, sudah melalui uji coba di lapangan.

Sekiranya dalam pertanian kita memakai pupuk hayati Dinosaurus sebagai pembenah tanah, maka kita sudah membantu merawat bumi/tanah. Karena kita berhasil mengembalikan fungsi tanah seperti saat bumi diciptakan. Tentu ini bukan slogan semata, tetap sudah proven. Mau coba? .-***

Chinese (Simplified)EnglishIndonesian
×