Harga cabai di Indonesia kerap melambung baik di pasar modern maupun pasar tradisional. Salah satu penyebab lonjakan harga cabai tersebut adalah serangan hama patek pada tanaman cabai yang mengganggu produksi petani sehingga menimbulkan gagal panen.
Hama patek atau yang dikenal dengan antraknosa adalah penyakit utama tanaman cabai, terjadi hampir di seluruh dunia dan menjadi penyakit tanaman yang paling banyak ditemukan pada daerah tropis maupun subtropis.
Penyakit antraknosa pada cabai
Antraknosa adalah penyakit serius pada budidaya tanaman cabai, faktor utama munculnya penyakit ini ialah cuaca. Pada musim kemarau penyakit tanaman cabai akan berkembang pesat, sementara memasuki musim penghujan patogen penyakit akan berkembang baik pada kondisi kelembapan tinggi seperti penyakit antraknosa ini.
Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan atau jamur Colletotrichum Capsici dan Colletotrichum gleoeosproioides di saat cuaca memiliki kelembapan yang tinggi. Di Indonesia sendiri, serangan hama patek pada tanaman cabai ini mengakibatkan petani kehilangan panen mencapai 14-30 persen.
Penyakit pada tanaman cabai ini kerap menyerang pada bagain buah, batang, dan daun. Cendawan yang menyerang bagian buah cabai akan merambah masuk ke areal biji kemudian menginfeksinya, sehingga menyebabkan tanaman yang disemai dari biji tersebut tumbuh dari benih yang sakit.
Serangan cendawan tersebut di mulai sejak fase perkecambahan, fase generatif, bahkan sampai pascapanen. Buah cabai biasanya mulai terinfeksi menjelang usia tua dan saat usia tua. Sementara cendawan yang menyerang bagian daun dan batang tidak bisa menginfeksi buah, parahnya lagi cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit.
Gejala penyakit antraknosa pada cabai
Gejala yang ditimbulkan oleh patek ini diawali dengan adanya bintik-bintik warna coklat kehitaman dan agak melekuk di permukaan buah. Bercak tersebut akan meluas pada cabai hingga berbentuk bulat atau cekung dan berkembang pada buah yang belum matang.
Umumnya bercak itu memiliki bentuk beragam pada satu buah dan ketika semakin menginfeksi bercak itu pun bersatu. Selanjutnya, buah cabai akan semakin parah di mana lama-kelamaan akan mengkerut, kering, membusuk dan jatuh.
Lantas seperti apa menanggulangi penyakit antraknosa ini agar petani tak lagi mengalami kerugian yang besar dan harga cabai bisa kembali stabil? Simak ulasannya berikut ini yang dilansir dari berbagai sumber.
Cara mengatasi penyakit antraknosa pada cabai
- Gunakan bibit cabai yang sehat dan berkualitas, caranya yaitu bisa memilih benih yang berasal dari cabai rawit berukuran besar, masak di pohon, dan sehat alias terbebas dari hama patek atau penyakit.
- Mengingat penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur, maka diperlukan pembuangan tunas air, penyiangan dan pengaturan genangan air. Cara ini berlaku sebagai pencegahan, di mana bertujuan agar lingkungan tanamna tidak lembab.
- Gunakan jarak tanam yang relatif lebar antara 65-70 cm dan ditanam secara zig-zag. Hal ini bertujuan mengurangi kelembapan serta mensirkulasi udara.
- Gunakan plastik atau mulsa berwarna hitam perak, ini bertujuan agar sinar matahari dapat dipantulkan dan menyinari bagian bawah daun sehingga tanaman tidak lembab.
- Gunakan pupuk yang mengandung kalsium tinggi, ini akan membuat dinding sel tanaman menjadi lebih kuat dan sulit untuk ditembus oleh cendawan.
- Terakhir, pengendalian dengan bahan kimia dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida yang efektif dan telah terdaftar atau diizinkan oleh Kementerian Pertanian. Sementara pengendalian secara fisik dapat menggunakan cara eradikasi (pemusnahan) selektif, dan sanitasi (kebersihan) lahan pertanian.