Inilah Alasan Petani Indonesia Mulai Meninggalkan Pupuk Kimia

Salah satu aktivitas penting dalam pertanian adalah pemupukan. Pemupukan adalah pemberian pupuk, baik organik maupun anorganik, untuk meningkatkan nutrisi pada tanah dan tanaman. Tujuannya adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar lebih optimal.

Selain itu, pemupukan dilakukan karena kondisi lahan pertanian yang berbeda-beda. Tidak semua lahan pertanian memiliki cukup zat hara untuk menopang kebutuhan nutrisi tanaman. Tanpa pemupukan, tanaman dapat kekurangan zat-zat hara yang diperlukan. Bahkan tanaman dapat mati. 

Ada beragam jenis pupuk yang lazim digunakan oleh petani Indonesia. Namun, secara garis besar, pupuk terdiri dari dua jenis. Yaitu pupuk organik dan pupuk organik. Pupuk-pupuk ini mengandung berbagai bahan baku yang memiliki manfaatnya masing-masing bagi tanaman Anda.

Mengapa petani Indonesia menyukai pupuk kimia?

  1. Pupuk kimia (pupuk anorganik) menunjukkan hasil yang cepat. Hal ini membuat petani menggantungkan lahan pertaniannya pada penggunaan pupuk kimia.
  2. Pupuk kimia mudah didapat. Hal ini berkaitan dengan teori ekonomi penawaran dan permintaan. Makin besar permintaan terhadap suatu produk, makin besar pula penawarannya. Sehingga, petani pun merasakan kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya terhadap pupuk kimia.
  3. Pupuk kimia dianggap dapat memaksimalkan produktivitas tanaman sehingga hasil panen melimpah. Keharusan meningkatkan hasil panen muncul karena ledakan jumlah penduduk dan kebutuhan dalam memenuhi ketahanan pangan nasional. Jumlah penduduk Indonesia yang besar membuat hasil panen harus ditingkatkan untuk menekan impor bahan pangan.

Mengapa petani Indonesia mulai meninggalkan pupuk kimia?

  1. Membuat daun hangus

Salah satu fenomena yang terjadi pada tanaman yang menerima terlalu banyak pupuk adalah daun hangus. Hal ini terjadi akibat luka bakar kimia. Paparan kimia berlebih menyebabkan luka bakar pada daun-daun tanaman. Tandanya adalah daun menjadi kuning kecoklatan. Lama kelamaan, tanaman dapat layu bahkan mati. 

Oleh karena itu, pemberian pupuk kimia harus dilakukan dengan hati-hati. Bila tidak, petani dapat mengalami kerugian karena hasil panen yang menurun.

  1. Meningkatkan polusi air

Pupuk yang diberikan pada lahan pertanian dapat ikut larut ke dalam air, dan larut melalui saluran irigasi atau mencapai air tanah. Pupuk kimia membawa nutrisi dalam dirinya. Nutrisi yang berlebih ini dapat mempengaruhi jumlah oksigen di dalam air. Jumlah oksigen justru menurun ketika terpapar nutrisi di dalam pupuk. Akibatnya, makhluk hidup di dalam air mati karena kehabisan oksigen. 

Makhluk hidup tersebut termasuk dengan ikan-ikan di sungai. Ketika saluran irigasi yang membawa pupuk di dalamnya mencapai sungai, jumlah oksigen dalam sungai turun. Akibatnya, ikan-ikan di sungai pun mati. 

  1. Meningkatnya tingkat keasaman tanah

Penggunaan pupuk kimia yang tak sesuai takaran mengakibatkan jumlah nitrogen dalam tanah terlalu banyak. Akibatnya, topsoil rusak dan bahan-bahan organik pada tanah mati. Topsoil adalah lapisan paling atas pada tanah, yaitu pada kedalaman 5–30 cm.

Topsoil adalah lapisan yang subur karena menerima banyak pelapukan bahan-bahan organik. Contohnya ranting pohon, daun, hingga batang pohon yang mati lalu melapuk secara alami. Tanah berpasir lebih rentan meningkat tingkat keasamannya dibandingkan tanah liat. 

  1. Menurunnya kandungan mineral pada tanaman pangan

Penggunaan pupuk kimia membuat tanah bergantung pada nutrisi-nutrisi buatan. Akibatnya, tanah pun kekurangan bahan-bahan organik. Hal ini berdampak pada tanaman pangan yang ditanam pada tanah tersebut.

Tanaman pangan yang ditanam menjadi kekurangan mineral. Tanaman pangan tersebut rentan kekurangan kandungan magnesium, kalsium, dan potasium. Tanaman-tanaman itu dikonsumsi manusia, tetapi tak mampu memenuhi kebutuhan gizi manusia. Akibatnya, pengonsumsinya pun mengalami malnutrisi.

  1. Meningkatnya kepadatan tanah

Tanah yang asam akibat mendapat terlalu banyak paparan pupuk kimia menjadi kehilangan remah-remah tanahnya. Akibatnya, tanah tak lagi gembur. Tanah menjadi terlalu padat. Padahal, tanah yang padat membuat oksigen sulit mengalir di sela-sela tanah. Oksigen pun tak dapat mencapai akar tanaman.

Tanah yang terlalu padat juga membuat air sulit mencapai akar tanaman. Kesulitan mendapatkan air dan udara di dalam tanah dapat membuat tanaman mati. Remah-remah tanah yang hilang juga merupakan tanda bahwa tanah kekurangan mineral-mineral penting.

  1. Menghancurkan mikroorganisme

Pupuk kimia yang terlalu banyak membuat ph tanah berubah. Akibatnya, mikroorganisme dalam tanah mati. Hal ini menyebabkan tanaman kehilangan mikroorganisme pentingnya. Mikroorganisme berperan membantu tanaman memiliki kemampuan alami dalam melawan hama dan penyakit. Tanpa mikroorganisme, tanaman menjadi terlalu lemah dan lebih mudah sakit.

  1. Kelangkaan pupuk kimia bersubsidi

Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian Indonesia mengatakan bahwa pemerintah hanya mampu memenuhi kebutuhan pupuk kimia bersubsidi sebanyak 40%. Setiap tahunnya, para petani membutuhkan 22,57–26,18 juta ton pupuk kimia bersubsidi.

Namun, anggaran negara hanya mampu menyediakan sebanyak 8,87–9,55 juta ton pupuk kimia bersubsidi. Ditambah lagi, distribusi pupuk kimia belum tentu merata dan tepat sasaran. Inilah yang membuat petani merasa kerepotan jika harus bergantung pada ketersediaan pupuk kimia bersubsidi.

Petani Indonesia beralih ke pupuk organik

Alasan-alasan di atas membuat petani beralih ke pupuk organik. Sebab, pupuk organik juga menyediakan nutrisi yang sama baiknya bagi lahan pertanian. Pupuk organik tidak memiliki kelangkaan, bahkan dapat dibuat sendiri. Jika petani ingin menghemat waktu, petani dapat membeli pupuk organik yang tersedia di pasaran.

Contohnya adalah menggunakan pupuk organik hayati Dinosaurus. Pupuk cair ini mengandung berbagai mineral yang penting bagi pertumbuhan tanaman agar optimal. Selain itu, pupuk organik hayati Dinosaurus mengandung mikroorganisme yang dapat menyehatkan tanaman dan tanah. Pada penggunaan jangka panjang, pupuk organik hayati dapat menurunkan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia bersubsidi.

1 komentar untuk “Inilah Alasan Petani Indonesia Mulai Meninggalkan Pupuk Kimia”

Komentar ditutup.

Chinese (Simplified)EnglishIndonesian
×