Menengok Perbandingan Sektor Pertanian di Indonesia dan Thailand

Bagi negara Indonesia dan Thailand, pertanian merupakan sektor utama pendukung perekonomian negara. Bagi kedua negara, sektor ini juga sangat kompetitif, baik secara nasional maupun internasional. Lalu, negara manakah yang lebih baik sektor pertaniannya? Berikut ini adalah sekilas mengenai perbandingan antara pertanian di Indonesia dan Thailand yang dilihat dari beberapa aspek. 

Luas Lahan Subur

Jika dibandingkan dengan Indonesia, tentu saja luas keseluruhan negara Thailand lebih kecil. Namun, kedua negara merupakan negara agraris, sehingga pertanian menjadi sektor utama yang industrinya tetap bisa bersaing di level internasional. Di Indonesia sendiri, luas lahan pertanian yang subur adalah sekitar 25 juta hektar (Sumber: Lokadata.id) yang sebagian besar digunakan untuk perkebunan besar (kelapa sawit, kelapa, dan karet). Sementara di Thailand, sekitar 16 juta hektar lahan subur digunakan untuk sektor pertanian (Sumber: worldpopulationreview.com), khususnya untuk produksi beras.

Hasil Produksi Pertanian

Masing-masing negara memiliki hasil produksi pertanian andalan yang berbeda. Hasil-hasil produksi pertanian tersebut juga mampu mendominasi pasar internasional. Tidak heran jika industri pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat Indonesia dan Thailand. Berikut ini adalah hasil produksi pertanian yang paling utama di kedua negara:

Indonesia

  1. Minyak Kelapa Sawit: Indonesia merupakan negara dengan produksi minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Negara ini bisa memproduksi lebih dari 100 juta ton minyak kelapa sawit per tahunnya.
  2. Kelapa: Produksi kelapa di Indonesia juga merupakan yang terbesar di dunia. Hasil produksinya bisa mencapai lebih dari 18 juta ton per tahun. Selain sebagai bahan makanan, kelapa digunakan pula untuk membuat minyak goreng. 
  3. Beras: Menduduki peringkat ke-3 di seluruh dunia, produksi beras di Indonesia mencapai lebih dari 80 juta ton per tahun. 
  4. Karet Alami: Tahukah kamu bahwa produksi karet di Indonesia menduduki posisi ke-2 terbesar di dunia? Ya, hasil produksinya bisa mencapai 3 juta ton per tahun, lho. 
  5. Cabai: Merupakan bahan masakan utama masyarakat Indonesia, tidak heran jika produksi cabai di negara ini juga besar. Menduduki peringkat ke-5 dengan hasil produksi per tahunnya mencapai lebih dari 2 juta ton. 

Thailand

  1. Beras: Meskipun masih di belakang Indonesia, yaitu peringkat ke-6 dunia, hasil produksi beras Thailand memegang peranan penting dalam distribusi beras di seluruh dunia. Indonesia pun masih mengimpor beras dari negara ini. Per tahunnya, hasil produksi beras di Thailand mencapai lebih dari 32 juta ton.
  2. Karet Alami: Thailand menduduki peringkat pertama untuk produksi karet alami terbesar di dunia. Mencapai 5 juta ton per tahunnya yang kemudian diekspor maupun impor. 
  3. Singkong: Sebagai salah satu bahan makanan pokok warga Thailand, hasil produksi singkong pun sangat besar di negara ini. Mencapai lebih dari 31 juta ton per tahun dan menduduki peringkat ke-2 di dunia. 
  4. Mangga: Mangga adalah salah satu buah tropis yang memiliki hasil produksi masif di negara ini. Mencapai hampir 4 ton per tahunnya dan menduduki peringkat ke-4 di dunia.  
  5. Minyak Kelapa Sawit: sama dengan Indonesia, hasil produksi minyak kelapa sawit di Thailand juga besar. Menduduki peringkat ke-3 di dunia dengan hasil per tahunnya mencapai lebih dari 15 juta ton. 

Metode Pertanian

Indonesia

Metode pertanian Indonesia banyak mendapat kritikan akibat terlalu masifnya penggunaan bahan kimia, terutama pada pestisida. Hal ini karena penggunaan pestisida dianggap lebih murah dan mudah penggunaanya. Sementara penggunaan pupuk kimia banyak digunakan, karena sempat adanya tren penggunaan pupuk agrokimia pada tahun 2011. Tapi, melihat dampak negatif yang sangat besar bagi hasil tani hingga lingkungan, penggunaan bahan kimia pada pertanian di Indonesia pun akhirnya diatur undang-undang. 

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 mengenai Sistem Pertanian Berkelanjutan menyatakan, “Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan sebagai bagian dari pertanian pada hakikatnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup”. Dengan adanya UU tersebut, metode pertanian di Indonesia pun saat ini diarahkan ke pertanian organik yang ramah lingkungan, mulai dari pestisida hingga pupuk. 

Thailand

Sama dengan Indonesia, penggunaan bahan kimia pada pertanian di sana juga besar, terutama pada pestisida. Namun, lebih mengkhawatirkan, karena ditemukan penggunaan bahan-bahan kimia yang terbukti beracun pada klorpirifos dan paraquat. Pada bulan Juni 2020 lalu, keduanya pun dilabelkan ilegal oleh pemerintah. Para petani kemudian diminta untuk mengembalikan produk pestisida tersebut untuk dimusnahkan, yang saat itu total stok mencapai 21.000 ton.

Meski penggunaan bahan kimia dipantau oleh pemerintah, beralih ke pertanian organik sepertinya masih sulit diterapkan di Thailand. Kurang dari 0,3% petani di Thailand menggunakan metode pertanian organik. Distribusi pestisida pun masih tinggi dibarengi tidak akrabnya para petani serta pelaku industri pertanian terhadap pupuk organik. World Bank bahkan memasukkan Thailand ke posisi lima besar pengguna bahan kimia beracun terbanyak di dunia di sektor pertanian.

Baca Juga Bagaimana Kinerja Pupuk Hayati Dinosaurus?

1 komentar untuk “Menengok Perbandingan Sektor Pertanian di Indonesia dan Thailand”

  1. This is the perfect blog for anyone who wishes to find out about this topic. You understand so much its almost hard to argue with you (not that I actually would want toÖHaHa). You definitely put a brand new spin on a topic that has been discussed for many years. Excellent stuff, just great!

Komentar ditutup.

Chinese (Simplified)EnglishIndonesian
×