Penyebab gagal panen pasti banyak faktornya. Salah satunya mungkin karena kemarau sehingga lahan kekurangan air seperti saat ini. Kegagalan lain mungkin karena hama seperti hama tikus yang menyerang lahan pertanian atau perkebunan, atau hama lain seperti belalang, wereng, atau hama-hama tanaman lainnya. Kegagalan lainnya barangkali tanah sudah “capai” berproduksi, karena tidak subur lagi. Tanah jadi bantat. Tanah yang menjadi sumber penghidupan tidak kita rawat lagi dengan baik sehingga semuanya itu menyebabkan gagal panen.
Lahan yang kekurangan air harus disiram. Kalau lahannya sedikit dapat disemprotkan air, kalau sangat luas, maka membutuhkan tenaga yang besar. Maka mau tidak mau harus menunggu sampai musim hujan tiba. Tentang hama, banyak perlakuan kita yang kadang-kadang main gampangnya saja. Hama tikus, belalang, wereng atau hama lainnya, maka dipakailah insektisida untuk menghajar hama-hama tadi. Barangkali pemakaian insektisida itu berlebihan sehingga menimbulkan efek domino bagi yang lainnya. Pemakaian insektisida yang berlebihan juga mempengaruhi kesehatan manusia. Dan harus di ingat bahwa pemakaian pupuk anorganik (kimia) dan pemakaian insektisida yang berlebihan, sangat berdampak bagi lahan tanah yang menyebabkan menjadi tanah tidak subur.
Karena saat ini tengah musim kemarau tentunya persiapan musim tanam yang akan datang. Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk merawat tanah yang menghidupi seluruh anggota keluarga tapi juga untuk orang lain?
Cangkul atau traktorlah tanah yang akan kita garap. Kalau ada pupuk kandang, taburkanlah pupuk kandang, karena pupuk kandang ini banyak kandungan makro untuk haranya. Pada zaman leluhur kita sebelum ditemukan pupuk buatan atau pupuk kimia seperti saat ini, para leluhur itu memakai pupuk kandang serta dedaunan lainnya. Apa ada keluhan waktu itu tentang hama? Mungkin ada juga tetapi tidak sedahsyat sekarang, dan tanaman mereka umumnya sangat subur. Padi di sawah tingi-tinggi dan penuh berisi gabahnya.
Ketika orang beramai-ramai kembali ke pupuk organik, artinya kita ingin kembali kepada sistem nenek moyang kita yang memanfaatkan pupuk kandang serta dedaunan untuk pupuk tanaman sebagai pupuk organik.
Nah sekarang ini, ada yang namanya pupuk hayati dengan kandungan mikroba yang tinggal pakai saja untuk menghindari penyebab gagal panen. Mikroba (mikroorganisme) ini sudah siap dipakai dan mikrobanya langsung bekerja begitu disiramkan pada media tanah. Selama tersedia air (basah), mikroba ini akan bekerja tanpa lelah selama 24 jam sehari untuk membenahi tanah seperti ketika saat bumi diciptakan. Nama pupuk hayati itu adalah Dinosaurus yang sudah tersedia dan tinggal campurkan dengan air, kemudiam siramkan ke lahan tanah yang akan kita kerjakan. Pengalaman di lapangan sampai saat ini yang telah mencapai lebih dari 11 tahun melalui penelitian, pada umumnya hasilnya meningkat, di mana peningkatannya bervariasi. Ada yang meningkat sedikit, ada yang satu kali bahkan dua kali lipat. Semuanya ini sudah terbukti (proven), bukan abal-abal. Saat ini pupuk hayati Dinosaurus sudah memperoleh izin edar oleh Kemeneteriaan Pertanian, sehingga produk ini tidak diragukan lagi. Mau info lebih lanjut wa 087884864538. Salam dino.-*
Baca juga Pupuk Kandang Organik Sebagai Pupuk Dasar untuk Tanaman