Pada 2022, diperkirakan jumlah penduduk bumi akan mencapai 8 miliar jiwa. Artinya, kebutuhan bahan pangan semakin besar. Pertanian sebagai salah satu cara untuk memproduksi bahan pangan memiliki peranan penting. Semakin besar jumlah penduduk bumi, maka pertanian harus semakin meningkatkan produksinya.
Dampak negatif pertanian terhadap lingkungan
Namun, peningkatan produksi pertanian juga berdampak pada lingkungan. Saat ini, total luas lahan pertanian di seluruh dunia mencapai 5 miliar hektar. Ini sama dengan 38% jumlah total luas lahan di permukaan bumi.
Negara dengan lahan pertanian terbesar adalah China dengan jumlah 500 juta hektar. Negara berikutnya adalah Amerika dan Australia dengan luas sekitar 400 juta hektar. Indonesia dengan penduduk terbesar keempat di dunia sayangnya justru memiliki lahan pertanian yang terus menyusut. Hal ini mengancam kedaulatan pangan nasional.
Tak hanya memakan banyak lahan, pertanian juga berkontribusi pada pencemaran lingkungan Penggunaan pupuk dan pestisida dengan jumlah yang tak terkontrol ikut mencemari air dan udara. Akibatnya, ekosistem lain pun terdampak.
Industri pertanian sendiri juga berdampak pada pemanasan global. Inilah yang membuat banyak orang mencari cara untuk melakukan kegiatan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Tujuannya adalah menjaga kelestarian lingkungan sekaligus menekan dampak negatif yang telah terjadi.
Pertanian ramah lingkungan
Pertanian ramah lingkungan (eco-friendly farming) atau sustainable farming adalah pertanian yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan. Artinya, proses pertanian ini sebisa mungkin aman dan tidak memberi dampak negatif pada lingkungan. Pada penggunaan sumber daya, misalnya air, pun sebisa mungkin dilakukan dengan hemat.
Baca juga: Apa Itu Ecofarming dan Bagaimana Manfaatnya
Pertanian ramah lingkungan harus memiliki kualitas ini
- memenuhi kebutuhan bahan pangan berkualitas untuk manusia
- memberikan keuntungan ekonomi bagi petani yang menanamnya
- selaras dengan lingkungan dan mendorong keanekaragaman flora fauna
Pertanian ramah lingkungan dapat dilakukan oleh siapa saja, sekalipun bukan petani. Anda pun dapat melakukannya di rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan komunitas di sekitar. Anda juga dapat melakukan aktivitas pertanian ramah lingkungan walau di lahan terbatas.
Berikut ini adalah beberapa metode pertanian ramah lingkungan.
Permakultur
Dalam permakultur, lahan pertanian dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan ekosistem aslinya di alam. Permakultur mendorong manusia untuk hidup berdampingan dengan alam. Sehingga, dalam prosesnya, permakultur mengintegrasikan seluruh elemen pertanian. Metode permakultur hampir tidak menghasilkan sampah dari proses pertaniannya.
Baca juga: 5 Tips Menamam Bunga di Rumah untuk Pemula, Mudah!
Langkah pertama untuk melakukan permakultur adalah melakukan observasi lingkungan. Dalam permakultur, tanaman yang dapat Anda tanam adalah tanaman lokal. Sebab, Anda harus membuat lahan pertanian Anda menyerupai ekosistem di alam. Anda perlu mencari tahu jenis tanaman annual dan perennial di sekitar Anda.
Permakultur artinya lahan pertanian tersebut haruslah berisi beraneka ragam tanaman. Pilihlah tanaman bunga yang dapat mendatangkan kupu-kupu untuk membantu penyerbukan. Lalu, tanam herba yang dapat mengusir serangga agar tidak merusak tanaman buah. Kemudian, tanam tanaman hijau yang dapat mengikat nitrogen dan meningkatkan nutrisi ke dalam tanah.
Untuk dapat menghemat air, Anda juga perlu merencanakan sistem irigasi yang efisien. Terakhir, sebelum menanam, rancang dulu desain lahan pertanian Anda. Manfaatkan kontur lahan dan kondisi lahan secara natural.
Agroforestri
Agroforestri atau wanatani adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengolahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
Sederhananya, agroforestari memadukan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan tanaman musiman. Contohnya adalah menanam wortel, selada, dan tanaman berumur pendek lainnya berdampingan dengan pohon kayu.
Anda dapat memandang agroforestari sebagai salah satu bagian dari sistem tanam tumpang sari. Agroforestri memiliki empat manfaat
- memelihara fisik dan kesuburan tanah
- mempertahankan fungsi hidrologi yaitu menyimpan air di dalam tanah dan menahan erosi
- mengurangi emisi gas rumah kaca
- mempertahankan keanekaragaman hayati
Anda dapat menanam pohon-pohon di sekitar tanaman pertanian maupun membiarkannya tumbuh secara alami.
Baca juga: Urban Farming, Memenuhi Kebutuhan Pangan di Tengah Sempitnya Lahan Perkotaan
Polikultur
Polikultur adalah teknik menanam yang dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satu lahan dan waktu yang sama. Untuk menjalankan polikultur, Anda harus memilih tanaman yang dapat hidup berdampingan dan tak saling merugikan. Berikut ini beberapa jenis dari polikultur.
- Tanaman pendamping
Menamam lebih dari satu jenis tanaman dalam satu bedeng dengan tujuan memenuhi kebutuhan fisik dan haranya. Contohnya jagung dan tomat yang tidak cocok jika ditanam berdampingan. Namun, jagung dapat ditanam berdampingan dengan basil maupun tumbuhan polong lainnya. Kentang yang butuh banyak ruang untuk perkembangan akarnya, cocok ditanam dengan timun yang akarnya dangkal.
- Tumpang sari
Tumpang sari adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman di lahan yang sama dalam waktu sama atau waktu berdekatan. Tujuannya adalah meningkatkan kesuburan tanah dan mendapatkan hasil panen optimal. Sehingga, petani dapat menikmati hasil panen sepanjang tahun, tak bergantung pada satu jenis tanaman saja. Contohnya adalah bawang dengan tomat atau kopi dengan pisang.
Ping-kembali: Tips Menanam Tanaman Tumpang Sari di Rumah – Pupuk Organik Hayati Dinosaurus